REFORMASI PENDIDIKAN

Bicara Reformasi Pendidikan, pada dasarnya adalah bicara memperbaharui " Kurikulum " dari bentuk " Substansi " ke bentuk " Sistem ", atau dari bentuk "Sistem " kebentuk " Sistem Bermasyarakat ".
Perubahan kurikulum, akan berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran dan Bahan Ajar, jadi jika terjadi pengembangan kurikulum ( substansi ke sistem ), maka harus diikuti pengembangan sistem pembelajaran dan pengembangan bahan ajar.
Perubahan kurikulum akan disertai perubahan bahan ajar dan secara otomatis disertai perubahan sistem pembelajaran, dengan demkian ada keterkaitan yang sangat erat signifikan antara perubahan kurikulum, pengembangan bahan ajar dan pengembangan sistem pembelajaran
Dengan demikian Sistem Pendidikan akan berubah dari bentuk " Substansi " ke bentuk " Sistem ". Dengan berubahnya kurikulum ( substansi ke sistem ) akan berubahlah Sistem Pendidikan, yang akhirnya terjadi " REFORMASI PENDIDIKAN " dari bentuk substansi ke sistem.



Friday, December 14, 2012

BENTUK PEMBELAJARAN

Pada dasarnya proses belajar itu adalah sutu bentuk transfer stimulus dan respon dari sutu subyek kepada obyek. Obyek dapat berupa makhluk hidup atau mati. Dimana dari hubungan tersebut terjadi interaksi dan pengkajian didalam suatu proses, sehingga melahirkan pemikiran baru baik bagi subyek pemberi stimulus dan obyek sebagai pemberi respon. Itulah sekilas makna dari pembelajaran. Dari proses pembelajaran itu maka dapat merubah polasikap atau tingkah laku manusia, atau pola berfikir manusia, yang akhirnya dari keduanya dapat mengkonstruk membangun diri manusia agar mendapatkan kwalitas lebih dari kehidupannya.

Bentuk pembelajaran, merupakan suatu aktifitas kegiatan proses stimulus-respon dalam lembaga formal atau informal, atau ketidak sengajaan.  

Dari ketiga bentuk pembelajaran ( Formal, Informal dan ketidak sengajaan ), maka lahirlah : 
1. Pembelajaran Institusional: Pembelajaran Institusional, sutu bentuk pembelajaran formal atau informal, dimana manajemen dari proses belajar mengajar jelas dan tertulis dalam undang-undang dan peratuturan yang jelas. Sementara pembelajaran informal merupakan bagian dari pembelajaran formal, tetapi sifatnya lebih leluasa dan lebih berfokus pada kegiatan ekspresi.  
2. Pembelajaran Insidental. Suatu bentuk pembelajaran yang lahir karena ketidak sengajaan. Dari proses kejadian ketidak sengajaan itu lahirlah pemikiran-pemikiran, yang selanjutnya dikaji secara keilmuan dapat diterima. Sebagai contoh : Timbulnya teori Gravitasi Bumi, itu dari penglihatan seorang kenapa benda jatu kok kebawah ( kebumi ). Dari sini timbul ilmu relativitas dan melahirkan rumus kecepatannya.  

Mana yang paling berpengaruh, Institusional atau incidental ?

K. Yamamoto, 1969 dalam bukunya Many Faces Of Teaching mengatakan : “ Kadar kreatifitas siswa dan guru dengan perencanaan sengaja ( intensional ), secara sewaktu-waktu ( incidental ), dan sama sekali tidak ada perencanaan antara kedua belah pihak, dibagi menjadi 9 ( sembilan ), derajat kadar kreatifitas “.
Hal itu dapat dilihat dalam diagram dibawah ini.
Intensitas Guru-Murid dalam Kegiatan Belajar Mengajar ( Yamamoto, 1969 )

Didalam Proses Belajar Mengajar ( PBM ) yang diharapkan adalah Kegiatan Belajar Mengajar Optimal ( no.1 ) dalam diagram. Untuk tercapainya belajar mengajar optimal, dibutuhkan pihak guru dan pihak siswa sama-sama melakukan keaktifan kegiatan intensional. Ini berarti guru dan siswa sama-sama melakukan kegiatan belajar mengajar secara sengaja, terencana dan terarah. Dengan demikian tujuan instructional dapat dicapai dengan tuntas. Sebaliknya apabila tidak terdapat keaktifan mengajar baik pada pihak guru dan tidak ada keaktifan belajar pada pihak siswa, maka terjadilah kegiatan Non Instructional, mungkin sekedar percakapan biasa( no. 9 ) dalam diagram.