REFORMASI PENDIDIKAN

Bicara Reformasi Pendidikan, pada dasarnya adalah bicara memperbaharui " Kurikulum " dari bentuk " Substansi " ke bentuk " Sistem ", atau dari bentuk "Sistem " kebentuk " Sistem Bermasyarakat ".
Perubahan kurikulum, akan berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran dan Bahan Ajar, jadi jika terjadi pengembangan kurikulum ( substansi ke sistem ), maka harus diikuti pengembangan sistem pembelajaran dan pengembangan bahan ajar.
Perubahan kurikulum akan disertai perubahan bahan ajar dan secara otomatis disertai perubahan sistem pembelajaran, dengan demkian ada keterkaitan yang sangat erat signifikan antara perubahan kurikulum, pengembangan bahan ajar dan pengembangan sistem pembelajaran
Dengan demikian Sistem Pendidikan akan berubah dari bentuk " Substansi " ke bentuk " Sistem ". Dengan berubahnya kurikulum ( substansi ke sistem ) akan berubahlah Sistem Pendidikan, yang akhirnya terjadi " REFORMASI PENDIDIKAN " dari bentuk substansi ke sistem.



Monday, May 30, 2011

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL LEARNING )

Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. ( Depdiknas, 2004:18).
Dengan demikian pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan berbagai sumber belajar.
Salah satu contoh penerapan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran kontekstual dengan pilar permodelan, artinya menghadirkan model sebagai sumber pembelajaran. Model disini bisa berupa ide, gagasan belajar, atau sarana belajar yang dapat membantu siswa berfikir dan berimajinasi kedunia nyata dari materi yang dipelajarinya.
Dalam pembelajaran ini model berupa ide atau gagasan belajar yang diterapkan guru dan diperankan oleh siswa sebagai kegiatan pembelajaran, dalam rangka memverifikasikan hasil ide atau gagasan belajarnya kepada siswa-siswa lainnya didalam kelas. Siswa merangkum atau meringkas materi pelajaran, secara kelompok setelah itu menjelaskannya kepada siswa lainnya atau kelompok lainnya didalam kegiatan pembelajaran.
Didalam kegiatan belajar ini benar-benar siswa yang aktif, kreatif,dalam rangka menyusun scenario pembelajaran, memecahkan masalah, dan menghadirkan ide atau gagasan scenarionya dalam rangka memecahkan masalah tersebut kepada teman-temannya. Didalam proses ini terjadi diskusi dan dibantu guru model untuk menyelesaikan permasalahan, sampai ditemukan kesimpulan akhir.
Gambar dibawah ini menunjukkan scenario pembelajaran kontekstual dengan pilar permodelan oleh siswa kelas VII, dengan materi pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan, kompetensi : Produk Kerajinan dengan Tehnologi Butsir.

Gambar1

Gambar 2
Siswa berperan sebagai guru model, dalam rangka memverifikasikan atau menjelaskan hasil rangkumannya kepada teman-temannya, diskusi antar teman sebaya, selanjutnya apabila ada kesulitan maka guru model membantu membenarkannya, sampai ditemukan kesimpulan akhir.

Gambar 3.
Siswa mendengar dan memperhatikan salah satu kelompok belajar yang sedang mempresentasikan atau menjelaskan hasil kerja kelompoknya.

Wednesday, April 20, 2011

KOLABORATIF + MUTUAL LEARNING

Perlu kerja sama yang baik dalam hal ini kolaborasi antar pelaku-pelaku pendidikan dalam rangka mengembangkan sistem pembelajaran untuk mendapatkan mutu pelajaran terbaik ( mutual leraning ).

Pelaku-Pelaku Pendidikan :
1. Ahli-ahli Pendidikan, dalam hal ini para pakar pendidikan yang sangat memperhatikan pengembangan pendidikan khususnya sistem pembelajaran yang dipakai acuan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, proses belajar mengajar tingkat nasional.

2. Pelaku pendidikan antar sekolah, melalui kegiatan MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran ),baik dalam merancang atau mendesaian, membuat scenario pembelajaran yang optimal, dengan membuat sistem pembelajaran yang baik mulai dari RPP ( rencana Pelaksanaan Pembelajaran ), Tes Diagnostik, Analisis dan Evaluasi.

3. Pelaku Pendidikan Sekolah, yaitu guru-guru mata pelajaran, dalam rangka mengapresiasikan hasil sistem pembelajaran melalui MGMP, dan merefleksikan hasil dalam rangka mengambil kesimpulannya dan keputusannya.

Pengembangan Sistem Pendidikan :
1. Pengembangan Kecerdasan Intelektual, yaitu pengembangan daya nalar siswa yang meliputi kemampuan hafalan, pemahaman, analisa, aplikasi dan sintesa terhadap persoalan yang dihadapi.

2. Pengembang Kecerdasan Spiritual, yaitu pemahaman tentang keberadaan dan posisi insan manusia dalam rangka mengarungi kehidupan didunia, baik secara horisantal atau secara vertikal.

3. Pengembangan Kecerdasan Emosional, yaitu pemahaman tentang penguasaan diri dalam rangka menghadapi kehidupan didunia, baik dalam skala kecil ( lingkungan kecil ) atau skala besar seperti kehidupan dimasyarakat.

Ketiga kecerdasan ini, baik kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional harus imbang balance, bila salah satu tertinggal maka kehidupan akan timpang goyah tak stabil, dan kehidupan yang tak stabil goyah ini akan membahayakan kelangsungan hidupnya didunia. Oleh karena itu harus dan harus ketiga-tiganya berkembang bersama-sama dan harus imbang untuk menciptakan manusia paripurna .
Semua ini adalah tanggung jawab, baik pelaku-pelaku pendidikan sekolah, antar sekolah dan khususnya para pakar pendidikan.

Sunday, April 10, 2011

DENGAN TUTOR SEBAYA PEMBELAJARAN LEBIH OPTIMAL

Pengertian Tutor Sebaya.
Tutor Sebaya merupakan aktivitas kerja kelompok yang dilakukan oleh siswa pada saat kegiatan pembelajaran baik institusional atau insidental. Dalam hal ini yang kami sorot adalah institusional, karena tutor sebaya dilakukan pada saat kegiatan tatap muka proses belajar mengajar ( PBM ).


Keuntungan Tutor Sebaya :
1. Bagi Guru :
Guru mempunyai kesempatan mengawasi kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dimana setiap siswa dalam kelompok belajarnya, akan terawasi dan termotivasi dengan luas dan jeli.
Guru dapat menjeleskan materi pelajaran secara optimal, baik secara klasikal, dengan konsep-konsep yang penting dipapan tulis, atau secara individual dengan tatap muka langsung kepada siswa apa yang dirasakan belum mengerti.
Guru dapat mengklasifikasikan siswa yang mengerti dan kurang mengerti, sehingga pendekatan pengajaran lebih terarah.

2. Bagi Siswa.
Siswa tidak terlalu merasakan beban yang berat dalam kegiatan pembelajaran, karena dikerjakan secara bersama-sama, bahkan sebaliknya siswa dapat enjoy dalam pembelajaran.
Siswa memperoleh pembelajaran sosial secara insidental, dengan membagi kepandainnya kepada yang kurang mampu tanpa merasa terbebani dan dirugikan.
Menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar dihati masing-masing siswa dengan memberikan tugas yang sewajarnya.
Menumbuhkan sifat kedewasaan terhadap siswa dengan memotivasi kerja sama yang baik, tanpa ada rasa iri dan terugikan.
Meanciptakan suasana belajar yang baik dan menyenangkan.
Siswa yang pandai dapat mengangkat siswa yang kurang mampu tanpa merasakan dirinya dirugikan.

Tutor sebaya merupakan jalan terbaik untuk menciptakan komunikasi baik satu arah, dua arah atau banyak arah, sehingga proses belajar mengajar dapat hidup dan menyenangkan.