REFORMASI PENDIDIKAN

Bicara Reformasi Pendidikan, pada dasarnya adalah bicara memperbaharui " Kurikulum " dari bentuk " Substansi " ke bentuk " Sistem ", atau dari bentuk "Sistem " kebentuk " Sistem Bermasyarakat ".
Perubahan kurikulum, akan berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran dan Bahan Ajar, jadi jika terjadi pengembangan kurikulum ( substansi ke sistem ), maka harus diikuti pengembangan sistem pembelajaran dan pengembangan bahan ajar.
Perubahan kurikulum akan disertai perubahan bahan ajar dan secara otomatis disertai perubahan sistem pembelajaran, dengan demkian ada keterkaitan yang sangat erat signifikan antara perubahan kurikulum, pengembangan bahan ajar dan pengembangan sistem pembelajaran
Dengan demikian Sistem Pendidikan akan berubah dari bentuk " Substansi " ke bentuk " Sistem ". Dengan berubahnya kurikulum ( substansi ke sistem ) akan berubahlah Sistem Pendidikan, yang akhirnya terjadi " REFORMASI PENDIDIKAN " dari bentuk substansi ke sistem.



Thursday, July 25, 2013

PEMBELAJARAN BERKARAKTER / AFEKTIF



Pembelajaran berkarakter dalah suasutu system pembelajaran dengan cara membangun siswa melalui penguatan dan motifasi, baik secara primer, sekunder ataupun diperkaya, sehingga timbul semangat kesadaran kepada siswa didik, untuk memahami dirinya sesuai dengan nilai-nilai yang dikandungnya, bakat dan kesanggupan dalam membentuk kepribadiannya.
Secara garis besar Bloom, bersama kawan-kawanya,  merumuskan 3 ( tiga ) ranah atau domain besar tujuan pendidikan, yaitu :
    1. Ranah Kognitif ( cognitive domain )
    2. Ranah Afektif ( affective domain )
    3. Ranah Psikomotor ( psychomotor domain ).
Dari Ranah Afektif ,  Bloom, bersama kawan-kawanya menjelaskan lima pokok bahasan dalam rencana pembelajaran afektif/ berkarakter, sebagai berikut :
1.      Menerima ( receiving ) : kesediaan untuk diperhatikan.
2.      Menanggapi ( responding ) : aktif berpartisipasi.  
3.  Menghargai ( valuing ) : penghargaan kepada benda, gejala, 
                                              perbuatan tertentu.   
4. Membentuk ( organization ) : memadukan nilai-nilai yang 
                                              berbeda, menyelesaikan pertentangan 
                                              dan membentuk system nilai yang 
                                              bersifat konsisten dan internal.
5.   Berpribadi ( characterization by of value complex ) : mempunyai 
                                              system nilai yang mengendalikan perbuatan 
                                              untuk menumbuhkan “ life style “ yang 
                                              mantap. 


Ini adalah tujuan akhir kepada siswa, apakah siswa sudah menunjukkan sikapnya, baik secara internal atau eksternal, dan mengembangkan diri serta pribadinya secara konsisten dan bertanggung jawab. Sehingga bias membentuk system nilai yang terkandung didalam hatinya bukan sebagai pengacau, pemberontak, atau penghancur, melainkan sebagai innovator dan pembangun yang mantap. Sebagai guru harus pandai-pandai melihat perbedaan kepribadian siswa tersebut, sehingga dapat melakukan pendekatan humanisme secara tepat baik secara klasikal ataupun secara individual.



A.                Krisis Moral dan Kepribadian
Kita hidup dalam sebuah dunia yang gelap, dimana setiap orang meraba-raba, namun tidak menemukan denyut nurani, tidak merasakan sentuhan kasih, dan tidak melihat sorot mata persahabatan yang tulus, dalam hal ini masyarakat mungkin mengalami krisis moral. Krisis moral dapat ditandai oleh dua gejala yaitu tirani dan keterasingan. Tirani merupakan gejala dari rusaknya perilaku sosial, sedangkan keterasingan menandai rusaknya hubungan sosial.

Penyebab terjadinya krisis moral adalah :
  • Adanya penyimpangan pemikiran dalam sejarah pemikiran manusia yang menyebabkan paradoks antarnilai, misalnya etika dan estetika
  • Hilangnya model kepribadian yang integral, yang memadukan kesalihan dengan kesuksesan, kebaikan dengan kekuatan, dan seterusnya
  • Munculnya antagonisme dalam pendidikan moral
  • Lemahnya peranan lembaga sosial yang menjadi basis pendidikan moral
    Krisis moral ini menimbulkan begitu banyak ketidakseimbangan di dalam masyarakat yang tentunya tidak membuat masyarakat bahagia. Maka solusi yang sangat tepat bagi masalah ini hanya satu yaitu : Kembali menempuh jalan Allah, kembali kepada jalan islam. “Maka, barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah : 38) 

B.                Pembentukan prilaku
Faktor-faktor pembentuk perilaku antara lain :
1.    Faktor internal :
Instink biologis, seperti lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat rakus, maka sifat itu akan menjadi perilaku tetapnya, dan seterusnya. Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri. Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang seperti mitos, agama, dan sebagainya
2.     Faktor eksternal
Lingkungan keluarga
Lingkungan sosial
Lingkungan pendidikan

Islam membagi akhlak menjadi dua yaitu :
fitriyah, yaitu sifat bawaan yang melekat dalam fitrah seseorang yang dengannya ia diciptakan, baik sifat fisik maupun jiwa.
Muktasabah, yaitu sifat yang sebelumnya tidak ada namun diperoleh melalui lingkungan alam dan sosial, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Masalah mentalitas Sumber Daya Manusia (SDM), tentunya tidak lepas dari urusan pendidikan. Seperti dikemukakan Ibrahim bahwa:


“Konflik- konflik yang muncul di tanah air akhir-akhir ini sangat terkait dengan aspek sosial budaya, dan agama…hal ini disebabkan karena lemahnya peran pendidikan yang menanamkan nilai kebersamaan dan solidaritas sosial dalam era pluralitas. Membangun nilai kebersamaan dan solidaritas social bukanlah pekerjaan mudah, tetapi menuntut pendidikan nilai yang dilakukan secara terus menerus dengan penjiwaan setiap orang “(2007: 3-4)


Ada tiga hal pokok dalam pernyataan Ibrahim, bahwa persoalan yang dihadapi bangsa kita tidak berdiri sendiri, bahwa penyebabnya adalah lemahnya peran pendidikan nilai, dan yang terakhir adalah bahwa penanaman nilai membutuhkan waktu, proses yang terus menerus dan berkesinambungan.
Dalam konteks tanggungjawab bersama ini, Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara menyebutkan tentang “Tri Centre Pendidikan”, yaitu: keluarga (informal), masyarakat (non formal) , dan sekolah (formal). Ke tiga jalur pendidikan tersebut haruslah seimbang dan terintegrasi, saling menunjang antara satu dan lainnya. Tanpa kerjasama yang baik diantara ke tiga nya, maka mustahil pendidikan akan berhasil efektif sesuai yang diamanatkan oleh UUD 1945.
 

SISTEM INSTRUKSIONAL PEMBELAJARAN AFEKTIF / BERKARAKTER


Karakter tidak sekali terbentuk, lalu tertutup, tetapi terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan, sebab sumber karakter perolehan ada dan bersifat tetap. Karenanya orang yang membawa sifat kasar bisa memperoleh sifat lembut, setelah melalui mekanisme latihan. Namun, sumber karakter itu hanya bisa bekerja efektif jika kesiapan dasar seseorang berpadu dengan kemauan kuat untuk berubah dan berkembang, dan latihan yang sistematis.

Guru didalam tugasnya ada menjaga dan membina siswa untuk masa depannya.
Menjaga, dalam arti jangan sampai merusak perkembangan siswa, baik jasmani dan rokhaninya. Jasmani dijaga dengan pendidikan jasmani, rokhani dijaga dengan pendidikan rokhani, sehingga jiwa dan raga siswa selalu dalam posisi keseimbangan dan mencapai keharmonisan.
Membina, dalam arti meningkatkan kemampuan siswa , dengan ilmu pengetahuan, pengalaman, latihan dll, sehingga siswa siap untuk memikul tugasnya dikemudian hari, sebagai orang tua, anggota masyarakat dan warga Negara.
Ki Hajar Dewantara menegaskan dalam system amongnya : “ tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, ing ngarso sung tulodo “.  Artinya sebagai guru harus mampu menjadi yang terbaik, dibelakang harus memberi kekuatan, di tengah membangkitkan semangat, dan didepan sanggup memberikan tauladan. Ketiga-tiganya harus diberikan, sehingga dengan demikian guru berarti membimbing para pemuda baik jasmaniah dan rokhaniah.

Kegiatan Instraksional :
   Kegiatan Awal :
-          Interval Tetap :
    1. Motifasi Primer
    2. Penguatan Primer.
Contoh :   Do’a dan Salam awal pembelajaran
       Kegiatan Inti :
-          Interval Tidak Tetap :
    1. Motifasi Sekunder
    2. Penguatan Sekunder
Contoh  :
a.       Apabila ada yang mendapat nilai baik
b.      Apabila ada yang ramai
c.       Apabila ada yang bertanya dan pertanyaannya sangat baik
d.      Dll

         Kegiatan Akhir :
-          Interval Tetap :
                               a.            Motifasi Primer
                              b.            Penguatan Primer
Contoh  : Doa dan salam akhir pembelajaran

Contoh :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran  Lesson Study Berbasis Sekolah.

Nama Sekolah            :   SMP Negeri I Prigen
Mata Pelajaran          :   Seni Budaya
Kompetenasi              :   SENI RUPA
Alokasi Waktu           :   2 x 40 menit
Guru Pembina           :   Ir. Nanang Hariyanto, MA

1.  Diskripsi Mata Pelajaran :

Tujuan   : 
Siswa memahami cara mengidentifikasi seni rupa murni yang diciptakan di Indonesia, baik dari tujuan dan bentuk, serta menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan tehniknya.
Standar Kompetensi          : 
1.       Mengapresiasi karya seni rupa

Kompetensi Dasar           :
1.1.     Mengidentifikasi karya seni rupa murni yang diciptakan di Indonesia
1.2.     Menampilkan sikap apresiatif terhadap  keunikan gagasan dan teknik dalam    
        karya seni rupa murni Indonesia

2.  Proses Belajar Mengajar ( PBM ) :

Strategi Pembelajaran   :   Pendekatan Klasikal, Pendekatan Individual, Pendekatan
                                              Konsep dan Komunikasi, Pendekatan Tematik.

Metode Pembelajaran   :    Diskusi, Tutor sebaya, Proyek, Deduktif,dan Tanya jawab.

Model Pembelajaran     :   JIGSAW  ( Model Tim Ahli ).

Tim Ahli  secara  individu  :       
Tehnik Pelaksanaan :
v  Guru membentuk kelompok yang terdiri dari  +  4 siswa
v  Setiap siswa dalam satu kelompok diwajibkan   membaca dan memahami sub bab dari materi pelajaran dan mengerjakan tugas.
v  Setelah selesai, siswa didalam satu kelompok saling berbagi mengenai bagian materi pelajaran yang dibaca dan dipahami dan tugas yang dikerjakan.
v  Diskusi membahas tugas dipimpin oleh guru.
v  Evaluasi.
v  Kesimpulan.

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran : 



Texbook :
                    Texk Books, LKS, Internet, Majalah, Koran, dan Media lainnya
Penilaian :
  1. Tes Tulis
  2. Tes Kinerja, berupa Laporan / Kliping

Target Ketuntasan :
  1. Rata-rata ( SKBM, KKM, TPK ) / Standar Ketuntasan  > 76,0