REFORMASI PENDIDIKAN

Bicara Reformasi Pendidikan, pada dasarnya adalah bicara memperbaharui " Kurikulum " dari bentuk " Substansi " ke bentuk " Sistem ", atau dari bentuk "Sistem " kebentuk " Sistem Bermasyarakat ".
Perubahan kurikulum, akan berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran dan Bahan Ajar, jadi jika terjadi pengembangan kurikulum ( substansi ke sistem ), maka harus diikuti pengembangan sistem pembelajaran dan pengembangan bahan ajar.
Perubahan kurikulum akan disertai perubahan bahan ajar dan secara otomatis disertai perubahan sistem pembelajaran, dengan demkian ada keterkaitan yang sangat erat signifikan antara perubahan kurikulum, pengembangan bahan ajar dan pengembangan sistem pembelajaran
Dengan demikian Sistem Pendidikan akan berubah dari bentuk " Substansi " ke bentuk " Sistem ". Dengan berubahnya kurikulum ( substansi ke sistem ) akan berubahlah Sistem Pendidikan, yang akhirnya terjadi " REFORMASI PENDIDIKAN " dari bentuk substansi ke sistem.



Wednesday, May 19, 2010

HIDUP DAN PROFESI

5 ( Lima ) UNSUR SUKSESNYA KEHIDUPAN.

1. Berfikirlah yang baik , dalam situasi dan kondisi apapun
2. Berbicaralah yang baik, dalam situasi dan kondisi apapun
3. Berperilakulah yang baik, dalam situasi dan kondisi apapun.
4. Mencari nafkah dengan cara yang baik.
5. Berteman dengan orang-orang yang baik.

5 ( Five ) [his/its] SUCCESSFUL ELEMENT [of] LIFE

1. Good by opinion , in any condition and situation
2. Converse good, in any condition and situation have
3. good behavior [to], in any condition and situation
4. Do earn life in a fair way
5. Good companion with people
who


10 ( Sepuluh ) UNSUR SUKSESNYA PEKERJAAN.

1. Dahulukan kerja prioritas tinggi.
2. Konsentrasikan waktu & tenaga anda kepada 20% dari kegiatan anda, kontak-kontak anda dan konsep-konsep yang telah terbukti paling produktif bagi anda dimasa lalu.
3. Bilamana anda membuat perubahan dalam hidup anda, dari cara sekarang anda melakukan sesuatu, harapkan suatu penurunan sementara dalam produktivitas & efisiensi.
4. Jika anda gagal pertama kalinya, cobalah lagi. Kalau gagal kedua kalinya, dapatkan lebih banyak umpan balik mengapa anda gagal. Jika gagal ketiga kalinya mungkin anda melihat terlalu tinggi untuk sekarang. Tentukan sasaran anda agak dekat.
5. Usahakan untuk secara teratur berhubungan dengan orang-orang dengan sasaran yang serupa.
6. Jika anda terhalang atau menemui jalan buntu dengan suatu masalah, ubahlah lingkungan dan suasana hati anda.
7. Selalu harapkan sesuatu yang tidak terduga.
8. Setelah anda memperolah pengetahuan umum dalam bidang atau subyek, pusatkan perhatian untuk belajar satu segi dengan baik.
9. Bersikaplah jujur dan logis kalau anda mendekati masalah-masalah anda.
10. Lakukan lebih banyak dari pada yang diminta & sumbangkan lebih banyak daripada yang diperlukan.

10 ( Ten ) [his/its] SUCCESSFUL ELEMENT WORK

1. Prioritize high priority [job/activity]
2. Time concentration & your energy to 20% from activity of you, your contacts and concepts which have proven most productive to past you
3. When you make the change in your life, from way of now you [do/conduct] something, expecting a[n degradation whereas in productivity & efficiency
4. If you fail first time, try again. If failing at twice, getting the more feed back why you fail. If failing the third time possible you see too high to now. To determining your point rather near by
5. Labouring to regularly to relate to people with similar target
6. If you blocked or at a dead lock with a[n problem, alter your mood and environment
7. Always expect something that[do] not be anticipated
8. After you of giving a knowledge of public in the field of or subyek, giving all mind to to learn one facet better
9. Be honest and logical if you come near the problem of you.
10. [Doing/Conducting] too many for one which [is] asked & rendering more than which [is] needed

Tuesday, May 11, 2010

KOMPETENSI GURU PROFESIONAL.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, diklasifikasikan kedalam 4 komponen .

1. Kompotensi Pedagogik.

1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, social, cultural, emosional, dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.
4. Terampil melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
7. Berkomunikasi secara efektif, impatik, dan santun dengan peserta didik.
8. Terampil melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.


II. Kompetensi Kepribadian.

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
2. Menampilkan diri peserta didik dan masyarakat.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru , dan percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik potensi guru.


III. Kompetensi Sosial.

1. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tindak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status social ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
3. Beradaptasi ditempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman social budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitasprofesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau berbentuk lain.

IV. Kompetensi Profesional.

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran / bidang pengembangan yang diampu.
3. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Pengembangan profesionalitas guru berarti peningkatan kompetensi-kompetensi tersebut secara berkelanjutan, sejalan dengan pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai guru. Hal ini berarti bahwa, peningkatan kompetensi guru akan berlangsung secara terintegrasi dalam pelaksanaan tugas-tugas profesionalnya sebagai guru. Pengembangan atas komponen-komponen kompetensi bukanlah proses yang terpisah-pisah, akan tetapi akan berlangsung dalam proses menjalankan tugasnya sebagai guru.

Bertolak dari kenyataan inilah, maka bahan pelatihan ini dikembangkan dengan fokus pada siklus tugas profesional guru yang meliputi :
1) Proses berpikir guru ( yangkemudian diorganisasi sebagai Pengembangan Kemampuan Dasar ).
2) Merancang pembelajaran ( yang kemudian diorganisasi sebagai Pengembangan Pembelajaran ).
3) Mel;aksanakan pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran ( yang kemudian diorganisasi sebagai Implementasi Pembelajaran ).

Prof. Dr. H. Suparno & dr. Waras Kamdi, MPd. Dalam bukunya
“ PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU “

SELAYANG PANDANG LESSON STUDY

SELAYANG PANDANG LESSON STUDY
( Oleh : Ir. Nanag Hariyamto, MA. Pembina Pertaian SMP N I Prigen ).

Lesson Study merupakan salah satu bentuk tehnologi pendidikan yang berasal dari Jepang, dengan menekankan kepada kebebasan siswa untuk belajar madiri dan sesame teman, dengan didampingi guru pembimbingnya atau fasilitatornya. Keberhasilan Lesson Study terletak kepada kesadaran siswa itu sendiri untuk aktif didalam kegiatan pembelajaran, siswa yang tidak aktif akan tertingal, dan kejelian guru untuk mengamati dan memahami siswa yang tertinggal dan rendah didalam memahami materi pelajaran.
Menurut Uisuke Saito, Ph.D. “ Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara ‘ kolaboratif ‘ dan ‘ berkelanjutan ‘ berlandaskan prinsip-prinsip ‘ kolegalitas ‘ dan ‘ mutual learning ‘ untuk membangun komunitas belajar.
Membangun komunitas belajar merupakan tujuan utama, dengan terjadinya komunitas belajar berarti ada kegiatan pembelajaran, baik antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa didalam kelompok belajar, dan lingkungannya. Guru berrusaha memfasilitasi siswa didalam kegiatan pembelajaran dan siswa dapat belajar dengan sesama temannya sebagai kolega untuk mencpai prestai belajar yang terbaik.

Prestasi



C

B

A
Siswa
Bagaimana caranya agar siswa kelompok A, bisa menjadi kelompok B/C, kelompok B bisa menjadi kelompok C, dan kelompok C bisa bertahan atau menjadi lebih baik. Itulah yang diharapkan didalam kegiatan Lesson Study dengan belajar kolektif dan kolaboratif.
Lesson Study berasal dari bahasa Jepang Jugyokenkyu ( bahasa Jepang ) : Jugyo yang artinya Lesson / pembelajaran dan Kenkyu artinya Study / pengkajian Jadi Jugyokenkyu artinya pengkajian terhadap pembelajaran. Pengkajian pembelajaran ini bukan hanya kepada materi bahan ajar saja, tetapi juga terhadap model setting duduk siswa, system belajar siswa, posisi guru model sebagai fasilitator saat kegiatan tatap muka, dan materi yang diajarkan. Sebagai guru model harus benar-benar memahami semua pengkajian tersebut agar tercapai pembelajaran optimal, tanpa pemahaman yang matang dari pengertian pengkajian tersebut, maka proses belajar mengajar akan gagal, dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai.
Kegagalan ini akan berakibat fatal bagi siswa didalam kegiatan pembelajaran, sebab siswa akan menyalah gunakan kebebasan pembelajaran, artinya siswa tidak ada kesadaran sama sekali terhadap kewajiban untuk belajar, sehingga yang terjadi bukan proses belajar mengajar, tetapi keramaian dan kegaduhan.
Guru modelpun harus jeli dan pandai-pandai memotifasi siswa didalam kegiatan pembelajarannya, tanpa adanya motifasi maka siswa akan sulit untuk memahami dan meningkatkan kemampuan kognitifnya. Guru harus jeli didalam mengamati kondisi siswa pada saat proses belajar mengajar, dan membantu siswa yang rendah dan menganjurkan untuk belajar sesame temannya.

A. Pelaksanaan Lesson Study.
Pelaksanaan Lesson Study menekankan kepada pelayanan, baik terhadap pelayanan kegiatan pembelajaran incidental ( in service training ) ataupun pelayanan terhadap kegiatan pembelajaran instusional ( in service education ). Pelaksanaan Lesson Study didalam kegiatan pembelajaran Jepang adalah Konaikenshu ( bahasa Jepang ) : Konai artinya sekolah dan Kenshu artinya training


Dasar-dasarnya :
1. in service training
Didalam kegiatan in service training, pembelajaran dapat dilakukan dimana saja, dalam kondisi dan situasi apa saja, dan sarana prasarana yang ada. Tetapi dengan syarat tujuan pembelajaran harus tercapai.
2. in service education ( within the school in house workshop )
Didalam kegiatan in service education, pembelajaran dilakukan dengan prosedur yang benar, baik rencananya, implementasinya, dan refleksinya. Pembelajaran disini benar-benar didalam lingkup pembelajaran yang baik dengan prosedur yang benar.

Mutu hasil Konai kenshu, tergantung :
1. Kaliber leadership sekolah
2. Mutu guru untuk membangun
3. Mempererat persahabatan diantara mereka.
4. Kemauan mereka dalam melaksanakan konaikenshu.

B. Kegiatan Lesson Study.
B1. Perencanaan :
Perencanaan pembelajaran Lesson Study berupa plan dan see.
Plan adalah kegiatan memplaning kegiatan pembelajaran, meliputi :
1. Jadwal kegiatan Lesson Study.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ),
3. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan didalam proses belajar mengajar.
4. Pengembangan buku sebagai bahan ajar dan tehnik dan strategi pembelajaran.
5. Pembagian kelompok belajar siswa.


See merupakan revisi kembali terhadap plan yang telah dibuat sebagai kegiatan lesson study. Memplan kegiatan lesson study, dilakukan baik secara individu atau kelompok, kelompok guru mata pelajaran yang sama, misalnya IPA. Revisi dilakukan secara bersama-sama didalam kegiatan MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran ), dengan maksud pelaksanaan pembelajaran akan berjalan dengan baik, dan tujuan pembelajaran akan tercapai.

B2. Implementasi :
Implenentasi merupakan perwujudan dari perencanaan yang telah dibuat. Implementasi merupakan kegiatan tatap muka didalam proses belajar mengajar. Implementasi berupa do dan see.
Do adalah kegiatan proses belajar mengajar tatap muka didalam kelas, didalam do yang diperhatikan adalah :
1. Kelompok belajar siswa, siswa terbagi dalam beberapa kelompok, 4 siswa.
2. Pembagian tugas belajar siswa didalam kelompok belajarnya.
3. Strategi penyampian materi pelajaran, apakah dengan Tanya jawab, hits atau aplikasi.

See adalah pengamatan oleh guru model terhadap siswa didalam kegiatan belajar. Guru model harus jeli didalam mengamati siswanya, mana siswa yang siap belajar dan siswa yang tidak siap belajar, dan apa yang harus dilakukan terhadap kedua kondisi siswa tersebut.
Setting tempat duduk yang baik akan mengoptimalkan penyampaian materi pelajaran, guru harus pandai mensetting posisi tempat duduk siswa agar proses belajar mengajar optimal.
Motivasi siswa untuk dapat belajar bersama, baik dengan cara tehnik pemberian tugas, ataupun dengan setting tempat duduknya. Refleksi terhadap hasil pekerjaan siswa dengan perbaikan kesalahannya.
Menurut Masaaki Sato, Prof “ Penekanan pembelajaran kolaboratif dalam lesson study, siswa dapat saling bekerja sama dan menolong untuk memahami suatu konsep tanpa ada usaha untuk menyamakan persepsi secara kelompok, seluruh pendapat siswa harus diakomodir guru “



B3. Refleksi :
Refleksi merupakan kegiatan akhir dari lesson study. Didalam refleksi hanya see yang perlu dilaksanakan. See ini meliputi :
1. Tanggapan dan pemecahan observer dan dosen pembimbing terhadap strategi pembelajaran.
2. Tanggapan dan pemecahan observer dan dosen pembimbing terhadap kondisi siswa didalam kegiatan pembelajaran
3. Tanggapan dan pemecahan observer dan dosen pembimbing terhadap metode yang dilakukan didalam kegiatan pembelajaran.
4. Tanggapan observer dan dosen pembimbing terhadap kegiatan pembelajaran.
Dengan adanya kegiatan refleksi guru model akan dapat meningkatkan aktivitas mengajarnya, dan memotiuvasi siswa untuk belajar.

C. Pembagian pengetahuan.
Menurut Nonaka ( 2005 ) :” Pengetahuan didabagi kedalam dua tipe, yaitu tacit knowledge dan explicit knowledge “.
1. Tacit knowledge : Pengetahuan bersifat subyektif dan experiential yang belum
diexpresikan kedalam bentuk kata-kata, kalimat bilangan /
formula secara definitive.
Terbentuk berdasarkan hasil pengamatan / pengalaman individual, dan
berkembang.
2. Explicit knolegde : Pengetahuan bersifat obyektif dan rasional atau formula
secara definitive sehingga dapat dinyatakan sebagai
pengetahuan yang bebas konteks.
Terbentuk melalui interaksi dasar individu.

Contoh :
Pengetahuan seseorang melalui pengamatan ( tacit knowledge ) sangat dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya ( explicit knowledge ) yang sudah dimiliki.

Tranfer pengetahuan dengan Tehnik Scoffolding, yaitu bantuan atau fasilitasi kepada siswa bersifat mengarahkan, yang berupa :
1. Pertanyaan.
Tranfer pengetahuan melalui dengan kegiatan tanya jawab, baik guru memberi pertanyaan kepada siswa atau guru memancing siswa untuk bertanya. Memancing siswa untuk bertanya merupakan tugas yang sangat sulit sekali, sebab disini guru juga melatih keberanian siswa, guru mendidik sifat obyektif siswa, sehingga siswa beranai untuk bertanya agar mendapatkan kebenaran.
Siswa akan bertanya kalau siswa paham, dan menanyakan sesuatu yang kurang paham, kalau siswa tidak paham sma sekali, tentu saja siswa tidak akan bertanya, dan disinilah baru guru harus bertanya kepada siswa agar siswa paham terhadap materi pelajaran yang diajarkan.
Itu adalah kegiatan transfer pembelajaran melalui kegiatan Tanya jawab.

2. Hints, pengarahan kepada siswa.
3. Ilustrasi masalah lain yang lebih sederhana, guru memberikan contoh-contoh aplikasi masalah yang terkandung didalam materi pelajaran, yang terjadi didalam kegiatan sehari-hari didalam masyarakat. Dengan aplikasi materi pelajaran ini siswa akan dapat meningkatkan pemahaman materi pelajaran.

D. Model-Model Pembelajaran Yang Efektif :
Model-model pembelajaran ini hasil dari kajian yang disampaikan oleh JICA, dalam rangka pengembangan program “Lesson Study”. Ada 35 ( tiga puluh lima ) model pembelajaran siap saji, diantaranya :

1. Examples Non Examples.
Langkah-langkah pembelajaran :
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui OHP
c. Guru memberi petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat dikertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatab membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.


2. Picture And Picture .
Langkah-langkah pembelajaran :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
d. Guru menunjuk/memanggil siswa bergantian , memasang, mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alas an/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan / rangkuman.

6. Student Teams-Achievement Divisions ( STAD ).
Tim Siswa Kelompok Prestasi ( Slavin, 1995 )

Langkah-langkah Pembelajaran :
a. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 siswa secara heterogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll ).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi.
f. Kesimpulan.


7. Jigsaw ( Model Tim Ahli )
( Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and Snapp, 1978 )

Langkah-langkah Pembelajaran :
a. Siswa dikelompokkan kedalam = 4 anggota tim.
b. Tiap orang dalam anggota tim diberi materi yang berbeda.
c. Tiap orang dalam anggota tim diberi materi yang ditugaskan.
d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru ( kelompok ahli ) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali kekelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusinya.
g. Guru memberi evaluasi.
h. Penutup.


29.Consepsentense.

Langkah-langkah Pembelajaran :
a. guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Guru menyajikan materi secukupnya.
c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya + 4 orang secara heterogen.
d. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
e. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
f. Hasil diskusi kelompok, didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
g. Kesimpulan.




E. Perkembangan Lesson Study.
1. Dunia
Perkembangan Lesson Study untuk skup International didalam wadah naungan
organisasi yang diberi nama TIMSS ( The Third International Mathematic and
Science ). Meliputi 41 negara.
2. Indonesia
Di Indonesia dalam wadah organisasi yang diberinama IMSTEP ( Indonesia
Mathematics and Service Theacher Education Proyecht ). Bergabung dengan
beberapa perguruan tinggi keguruan antara lain :
- IKIP Bandung
- IKIP Malang
- IKIP Jogjakarta,
Dengan dipelopori JICA ( Japan International Cooperation Agency ), yang
pelaksanaan :
Th 1998 – 2003, untuk program Pre dan In – Service.
Kegiatannya : Kegiatan pendidikan calon dosen ( Pre Service )
Pelatihan dosen dalam jabatan ( In Service ).
Materi :
1. Revisi silabus
2. Pengembangan buku ajar
3. Pengembangan kegiatan praktikum
4. Pengembangan teaching material.

Tahun 2001, Evaluasi Tengah Proyek .
Kegiatan penambahan “ Piloting “
Tujuan : mengembangkan pembelajaran inovatif matematik & IPA disekolah secara kolaboratif antara guru-guru SMP , SMA dengan dosen-dosen F(P)MIPA dan UPI, UNY, UM.
Fase follow up – IMSTEP ( 2003 – 2005 ).
Pilotong Buksni : Hand –on activity
Daily life
Local material.

E. Pendekatan IMSTEP ( IMSTEP APPROACH ).
Keterangan :
1. Pree - Service Training ( pendidikan calon guru )
2. In - Service teacher training ( pelatihan guru dalam jabatan )
3. On – Service ( pusat percontohan ).

Monday, May 10, 2010

KURIKULUM SEBAGAI PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Buku pedomanan pelaksanaan yang paling penting didalam kegiatan pembelajaran adalah kurikulum, yang sekarang sedang digodok keberadaannya yaitu KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Mata Pelajaran ). Semua aktifitas kegiatan pembelajaran diramu menjadi satu kesatuan system yang saling terkait dan merupakan umpan balik membentuk suatu hubungan sinergik yang utuh dan sempurna. Dengan adanya kurikulum maka guru akan dapat dengan mudah melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta dapat mengetahui dengan tingkat kebenaran yang signifikan prestasi siswa. Oleh karena itu keberadaan kurikulum didalam kegiatan pembelajaran memegang peranan yang sangat penting sebab keberhasilan suatu pembelajaran tergantung kondisi dan jiwa yang terkandung didalamnya.
Didalam kurikulum KTSP , ada lima bagian yang penting :
1. Standar Isi
2. Standar Proses
3. Standar Penilaian
4. Standar Sarana dan Prasarana.
5. Standar Biaya.
Semua bagian komponen-komponen ini saling terkait membentuk suatu system yang berkolaboratif satu dengan lainnya didalam kegiatan pembelajaran dan menentukan tingkat prestasi siswa.
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran seorang guru harus benar-benar memahami konsep-konsep dan tujuan pokok materi pelajaran yang akan diajarkan, mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator. Konsep yang berfokus kepada standar kompetensi yang kemudian berkembang sampai kebagian terkecil indicator harus dipahami secara detril dan urut sehingga didalam kegiatan pembelajaran anak didik mudah untuk memahami penjelasan yang disampaikan guru. Pemahaman ini terdapat didalam standar isi kurikulum KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Mata Pelajaran ).

Pendekatan seorang guru terhadap standar proses kurikulum KTSP adalah merancang dan merencanakan secara efektif dan efisien pelaksanaan pembelajaran, mulai dari pembuatan PROTA ( Program Tahunan ), PROMES ( Program Semester ), Alokasi Waktu, RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ), PP ( Pelaksanaan Pembelajaran) , dan Tes Diagnostik. Semua perencanaan ini harus tuntas pelaksanaannya dalam satu semester kalender kegiatan pembelajaran, berapa waktu yang diperlukan untuk masing-masing standar kompetensi, berapa kali diadakan ulangan harian, berapa waktu yang diperlukan untuk ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, berapa waktu untuk cadangan, sehingga akhir kegiatan pembelajarn tuntas pada akhir kalender pembelajaran. Tentunya hal ini memerlukan perhitungan yang matang agar kegiatan pembelajaran dapat tuntas dan waktu yang diperlukan untuk masing-masing standar kompetensi tepat sampai tuntas. Selain itu seorang guru diharapkan membuat RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ) dengan strategi, metode dan model yang cocok untuk masing-masing standar kompetensi, berapa kompetensi dasar dalam satu kali petemuan, sehingga waktu yang dialokasikan didalam program semester tepat pelaksanaannya. Untuk menguji keberhasilan siswa didalam kegiatan pembelajarn seorang guru diharuskan membuat tes diagnostik, baik tes formatif atau tes sumatif ( Ulangan Harian ). Pemahaman ini terdapat didalam standar proses kurikulum KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Mata Pelajaran ).
Standar penilaian, didahului dengan standar ketuntasan KTSP yang merupakan hasil rata-rata SKBM ( Standar Ketuntasan Belajar Minimal ). KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ), dan TPK ( Tingkat Pencapaian Kompetensi ) dari masing-masing indikator dalam satu kali tatap muka. Sehingga tiap kali tatap muka dapat ditentukan berapa tingkat ketuntasan standar KTSPnya, selanjutnya dirata-rata dari setiap tatap muka sampai selesai kegiatan pembelajaran. Rata-rata standar KTSP tatap muka inilah yang merupakan standar KTSP kompetensi materi yang diajarkan. Bagi siswa yang menadapt nilai dibawah standar KTSP perlu diremidi, sedangkan siswa yang tuntas perlu diberi pengayaan. Selanjutnya perlu adanya kegiatan analisis dan evaluasi tes diagnostik untuk mengetahu nilai raport siswa. Pemahaman ini terdapat didalam standar penilaian KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Mata Pelajaran ).
Standar sarana dan prasarana serta standar biaya, tergantung dari kondisi essensial materi yang diajarkan, dan kemampuan serta ketrampilan guru didalam kegiatan pembelajaran. Apabila dirasa perlu adanya maka tidak baiknya ditinggalkan, tetapi apabila kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan kondisi yang ada maka ditiadakanpun tidak apa-apa, dengan syarat siswa harus paham, dan tujuan pembelajaran tercapai.
Instraksional seorang guru terhadap kurikulum, baik kurikulum dari hasil rancangan sendiri atau kurikulum yang sudah ada, semua memerlukan pendekatan yang baik dan profesional. Perlu dihayati dan dipahami benar isinya, standarnya, dan saling keterkaitannya dalam menuntun pelakasanaan pembelajaran. Apabila kondisi yang demikian ini tidak atau belum terpaham, maka kegiatan pembelajaran tidak akan fokus, bahkan menjalar kemana-mana dan akhirnya tujuan pembelajaran menjadi amburadul dan transparan. Oleh karena kurikulum khususnya kurikulum KTSP yang lagi digodok sekarang harus benar-benar tertanam dan dihayati keberadaannya dan merupakan petunjuk penting didalam kegiatan pembelajaran.