Model Tes Diagnostik merupakan bentuk dari beberapa persentasi ( % ) penyajian tes dalam rangka mendiagnosa kemampuan intelektual siswa, khususnya kemampuan dalam bidang kognitif. Bentuk-bentuk ini merupakan gambaran dari masing-masing unsur kognitif yang dicaver sebagai instrument atau alat uji.
Beberapa model tes diagnostic dapat dilihat pada beberapa contoh dibawah ini :
1. Model Garis Lurus
Model ini menggambarkan bahwa dalam tes diagnostic hanya kemampuan hafalan ( Hf ) saja yang dicaver, sementara kemampuan lainnya tidak. Atau sebaliknya hanya kemampuan pemahaman ( Pm ) saja, sementara yang lainnya tidak.
Bentuk : Garis Lurus ( dapat dilihat pada gambar ).
Tujuan : Untuk menguji kemampuan hafalan saja.
Fungsi : Untuk kegiatan riset atau penelitian, dan memperbaiki prestasi siswa.
Perbandingan : 100% : 0% : 0% : 0% : 0%.
2. Model Bujursangkar
Model ini mengambarkan bahwa dalam tes diagnostic, hanya 2(dua ) unsure kognitif yang dicaver dalam kegiatan ulangan, yaitu kemampuan hafalan ( Hf ) dan aplikasi ( Ap ) saja, atau bias juga hafalan ( Hf ) dan pemahaman ( Pm ), dan seterusnya.
Bentuk : Bujursangkar ( dapat dilihat pada gambar )
Tujuan : Untuk meningkatkan kemampuan hafalan dan aplikasi saja.
Fungsi : Untuk kegiatan riset atau penelitian.
Perbandingan : 50% : 0% : 50% : 0% : 0%.
3. Model Persegipanjang.
Model tes diagnostic ini mencaver semua unsure kognitif, baik kemampuan hafalan ( Hf ), pemahaman ( Pm ), aplikasi ( Ap ), Analisis ( An 0, dan Sintesa ( St ), dalam jumlah persentasi yang sama.
Bentuk : Persegi Panjang ( dapat dilihat pada gambar ).
Tujuan : Memperbaik semua sifat kognitif siswa (hafalan ( Hf ), pemahaman
( Pm ),aplikasi ( Ap ), Analisis ( An 0, dan Sintesa ( St ) )
Fungsi : Untuk kegiatan riset atau Ulangan Siswa, baik Ulangan Harian ( UH ),
Ulangan Tengah Semester ( UTS ), atau Ulangan Akhir Sekolah
( UAS ).
Perbandingan : 20 % : 20% : 20% : 20% : 20%.
4. Model Trapesium.
Model tes diagnostic ini mencaver semua unsure kognitif, tetapi berurutan dari persentasi ( % ) terbesar kemampuan hafalan ( Hf), selanjutnya kemampuan pemahaman ( Pm ), dan sampai persentasi ( % ) terkecil yaitu kemampuan sintesa ( St ).
Bentuk : Trapesium ( dapat dilihat pada gambar ).
Tujuan : Untuk memperbaiki semua kemampuan kognitif siswa, khususnya
kemampuan hafalan ( Hf ).
Fungsi : Untuk kegiatan riset atau Ulangan Siswa, baik Ulangan Harian ( UH ),
Ulangan Tengah Semester ( UTS ), atau Ulangan Akhir
Semester ( UAS ).
Perbandingan : 30% : 25% : 20 % : 15% : 10%
5. Model ½ Lingkaran.
Model tes diagnostic ini mencaver semea unsure kognitif siswa, khususnya kemampuan aplikasi ( Ap), sementara untuk unsure Pemahaman ( Pm ) dan Analisis ( An ), serta Hafalan ( Hf ) dan Sintesa ( St ) sama.
Bentuk : ½ ( setengah ) lingkaran.
Tujuan : Untuk memperbaiki semua kemampuan aplikasi siswa, khususnya
kemampuan aplikasi ( Ap ).
Fungsi : Untuk kegiatan riset atau Ulangan Siswa, baik Ulangan Harian
( UH ), Ulangan Tengah Semester ( UTS ), atau Ulangan Akhir
Semester ( UAS ).
Perbandingan : 10% : 20% : 40% : 20% : 10%
Jadi sebagai guru mata pelajaran harus memahami model tes diagnostik ini, mana yang dipakai sebagai kegiatan riset dan mana yang dipakai sebagai kegiatan ulangan siswa.
No comments:
Post a Comment